Motivasiadalah dorongan yang diberikan seseorang terhadap orang lain, dan menyebabkan orang yang diberi motivasi itu menjadi lebih semangat dan giat dalam bekerja serta memiliki rasa antusias untuk mencapai hasil yang maksimal.Secara etimologi kata motivasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu "motivation", yang artinya "daya batin" atau "dorongan".
Berbagai pola perjalanan, sebagaimana dibahas di bab sebelumnya, menunjukkan adanya berbagai perbedaan motivasi di dalamnya. Awal perjalanan manusia lebih didasarkan pada motivasi untuk mempertahankan hidupnya dan kemudian berkembang menjadi motivasi untuk melepaskan diri dari kejenuhan kota seperti terjadi waktu zaman Romawi. Motivasi untuk melakukan perjalanan kemudian berkembang dengan tujuan untuk interaksi sosial, perjalanan ziarah, perdagangan, kesenangan, dan pengembangan diri. Di sini terlihat bahwa motivasi untuk melakukan suatu perjalanan tersebut juga akan selalu berubah, sehingga akan selalu terjadi pengembangan teori atas pengertian motivasi itu sering diartikan sebagai “the process used to allocate energy to maximize the satisfaction”, atau sebuah energi yang mendorong seseorang untuk mencapai secara lebih spesifik, motivasi berwisata didefinisikan sebagai “the global integrating network of biological and cultural forces which gives value and dirrection to travel choices, behaviour and sxperiences”. Ada dua hal utama yang dapat kita pahami dari pengertian-pengertian di atas. Pertama, motivasi timbul sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keinginan seseorang; dan kedua, motivasi akan menyebabkan terjadinya sebuah perjalanan wisata ketika seseorang menemukan menentukan tujuan ke mana ia harus memenuhi kebutuhan dan keinginannya tersebut. Hubungan antara kebutuhan, keinginan dan motivasi ini dapat dilihat pada Gambar. Suatu keinginan wants terjadi ketika ada kesadaran dari seseorang terhadap pemenuhan kebutuhannya needs. Misalnya, kebutuhan akan kasih sayang diterjemahkan dalam keinginan untuk mengunjungi keluarga ketika yang bersangkutan merasa sadar bahwa ia perlu menemui keluarganya tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Selanjutnya sesorang akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya ketika ia telah menetapkan sebuah tujuan objectives yang ingin didapatkannya, misalnya menemui keluarganya di kota “A”. Pada siklus berikutnya, tujuan tersebut akan menghasilkan kepuasan karena dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu kasih sayang. Penting diperhatikan di sini bahwa faktor pemasaran promosi sangat diperlukan untuk menumbuhkan kesadaran yang dapat merubah kebutuhan menjadi sebuah keinginan. Gambar Kebutuhan, Keinginan, dan perencanaan pariwisata, pemahaman atas motivasi menjadi sangat penting karena ia merupakan faktor pendorong push factor untuk terjadinya sebuah perjalanan. Ia merupakan sebuah dorongan bagi seseorang untuk mencari objek-objek yang diminatinya, yang berbeda dengan lingkungan kehidupan dan lingkungan kerja sehari-harinya. Agar terwujud sebuah perjalanan, maka diperlukan fakor lain yang disebut sebagai faktor penarik full factor, yang merupakan rangsangan yang menyebabkan wisatawan tertarik untuk hadir, misalnya promosi sebuah destinasi. Sebagai faktor penarik, citra destinasi menjadi sangat penting, karena citra destinasi itu sendiri merupakan faktor utama untuk menarik kunjungan wisatawan. Jadi, ketika sebuah destinasi memiliki citra sebagai sebuah destinasi budaya, Jogja misalnya, maka segmen masyarakat tertentu yang tertarik dengan hal-hal bersifat kebudayaan akan lebih tergerak pergi ke Jogja untuk memenuhi keinginannya guna lebih “mengerti dan memahami budaya lokal Jogja”. Gambar di atas juga menunjukkan suatu hal bahwa untuk memahami motivasi diperlukan pemahaman terlebih dahulu atau kebutuhan dasar dan keinginan seseorang. Saat ini paling tidak ada 15 teori dan hasil penelitian atas kebutuhan dasar seseorang yang sebagian besarnya berbasis pada teori psikoanalisis dan humanistik. Namun, teori mengenai kebutuhan dasar motivasi yang paling populer adalah teori yang disampaikan oleh Maslow pada tahun 1943 dalam tulisannya “A theory of human motivation”. Teori tersebut membedakan adanya lima tingkatan kebutuhan dasar pada diri manusia sebagaimana terlihat pada Gambar. Hal ini yang membedakan dengan teori lainnya yang hanya menyebutkan kebutuhan yang tunggal, misalnya teori yang dibangun oleh Sulivan yang hanya menunjuk kebutuhan untuk dapat diterima dan dicintai, atau teori Csikzentmihalyi yang hanya menunjuk pada kebutuhan untuk mendapatkan pengalaman. Menurut Maslow, kebutuhan dasar tersebut diawali dari kebutuhan biologis dan fisik, kebutuhan atas rasa aman, kebutuhan untuk dicintai, kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri. Kebutuhan biologis dan fisik menyangkut hal-hal berkenaan dengan kebutuhan dasar antara lain berupa udara, makan, minum, hunian, kehangatan, sex, dan tidur. Kebutuhan akan rasa aman antara lain berupa dilindungi, keamanan, kepastian, hukum, dan untuk dicintai antara lain berupa kebutuhan untuk berkeluarga, kasih sayang, hubungan dengan sesama, hubungan kerja, kebutuhan untuk dihargai antara lain berupa pencapaian prestasi, status, tanggung jawab, dan reputasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri antara lain berupa pengembangan diri. Teori Maslow sebagaimana terlihat pada Gambar di atas menunjukkan adanya dua kelompok kebutuhan dasar yang berbeda. Pertama adalah kelompok fisikal fisiologis, dan kedua adalah kelompok psikologikal keamanan, cinta, penghargaan dan aktualisasi diri.Di samping hal tersebut, ada kelompok intelektual yang dapat dicantumkan di dalamnya, yaitu terkait dengan kebutuhan untuk mengetahui serta mengerti, dan estetika. Atas dasar teori Maslow tersebut, Pearce kemudian membuat sebuah model yang disebutnya sebagai travel career ladder sebagaimana terlihat pada Gambar. Pearce menyusun kebutuhan berwisata ke dalam lima tahapan yang disusunnya, yaitu kebutuhan akan relaksasi, stimulasi, persahabatan, penghargaan, serta pengembangan, dan kepuasan. Disetarakan dengan teori Maslow, maka kebutuhan relaksasi dalam teori Pearce di atas merupakan representasi atas kebutuhan fisiologis, kebutuhan stimulasi pada kebutuhan akan keamanan, kebutuhan persahabatan pada kebutuhan cinta, kebutuhan penghargaan pada penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri, dan semua itu terjadi secara berurutan. Dan menurutnya, tahap awal harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum seseorang mencapai tahap berikutnya. Pandangan Pearce ini menunjukkan bahwa ada sebuah proses terhadap kebutuhan yang diperlukan oleh seseorang menuju pada puncak tangga kepuasan diri. dalam berwisata, awalnya seseorang akan memerlukan kegiatan yang bersifat hiburan yang kemudian pada tahap akhir seseorang akan memerlukan kebutuhan akan sebuah pengakuan. Dua teori di atas lebih condong pada sebuah penilaian bahwa kebutuhan dasar tersebut tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jiwa individu. Namun, apakah benar bahwa kebutuhan dasara itu “harus” selalu berjenjang. Tahap pertama harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum melangkah ke jenjang berikutnya ? Bila Maslow dan Pearce meyakini bahwa kebutuhan dasar akan tumbuh secara berjenjang, maka banyak pihak justru berpendapat sebaliknya. Mereka berpendapat bahwa kebutuhan dasar manusia adalah sama, hanya tingkat prioritasnya untuk direalisasikan menjadi sebuah keinginan dan motivasi akan berbeda. Cuellar, antara lain menyebutkan bahwa waktu luang leisure, termasuk yang digunakan untuk berwisata, adalah kebutuhan primer yang melekat pada semua diri manusia secara individu dan komunitas yang dapat memperkuat ketahanan dan mampu menyegarkan jiwa kembali. Dengan demikian, konsep berwisata harus ada pada setiap jenjang kebutuhan dasar manusia dengan berbagai variasinya. Untuk memenuhi kebutuhan seseorang akan kepuasan diri, maka seseorang dapat saja melakukan perjalanan wisata religius tanpa harus secara berjenjang melakukan wisata relaksasi terlebih dahulu. Pemikiran bahwa berwisata merupakan kebutuhan primer manusia ini yang antara lain mendasari diterbitkannya deklarasi World Leisure yang berisi tentang pentingnya perhatian pada persoalan kesehatan dan pendidikan. Di sini diperlukan pula penekanan pada pentingnya kewajiban pemerintah untuk menjamin pemberian fasilitas terbaik bagi kegiatan di waktu luang dan rekreasi bagi warganya, pentingnya memberikan kesempatan lebih luas untuk mengembangkan hubungan antar manusia, pentingnya integrasi sosial, pentingnya pengembangan komunitas serta identitas budaya, dan pentingnya persahabatan internasional. Beberapa pandangan masyarakat barat, misalnya Dumazier, bahkan menyebutkan bahwa waktu luang dan liburan adalah konsep dari self-actualisation dan self-realisation”, sehingga tidak diperlukan penjenjangan atas kebutuhannya. Perubahan sikap dari seseorang tentu saja juga akan secara otomatis merubah keinginan dan motivasi orang untuk berwisata. Walaupun terjadi perbedaan atas konsep kebutuhan dasar untuk berwisata, terutama dalam diskusi atas “berjenjang atau tidak berjenjang” di atas, namun banyak diakui bahwa suatu kegiatan wisata juga merupakan sebuah proses dari pencarian dan pencerahan. Menurut Richard, perjalanan wisata adalah kebutuhan akan pengalaman dan penghayatan diri yang selanjutnya akan membentuk pola perjalanan wisata yang dihasilkannya. Diibaratkan dengan sebuah perjalanan kehidupan lainnya, semula memiliki sebuah sepeda adalah sebuah impian, yang kemudian impian itu akan berkembang menjadi keinginan untuk memiliki sepeda motor, mobil, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan perubahan keinginan seseorang. Di samping untuk menunjukkan statusnya, perubahan tuntutan tersebut juga dipengaruhi oleh faktor keinginan untuk kenikmatan, kepuasan, serta pengalaman baru. Dalam hal berwisata, pada awalnya kebutuhan akan pengalaman lebih berbasis pada kebutuhan pengalaman fisik, dan ini ditunjukkan oleh jenis kegiatan berwisata yang lebih berupa fisik, antara lain dalam bentuk mengunjungi pantai untuk sekedar berjemur dan mengunjungi objek wisata untuk sekedar berfoto. Setelah kembali dari perjalanannya, wisatawan jenis ini sudah sangat puas dapat menunjukkan hasil fisik perjalanannya yang dapat dilihat dari terbakarnya kulit mereka akibat berjemur di pantai, atau foto-foto bahwa mereka pernah ke sana. Inilah awal dari proses being ataupun proses aktualisasi diri yang mereka capai, yang lebih ditampakkan secara visual yang merupakan status simbol mereka bahwa mereka “pernah” ke suatu tempat tertentu. Pada tahap berikutnya, status simbol tersebut akan bergeser ketidakpuasan baru muncul kembali. Setelah secara fisik mereka menikmati hasil berwisatanya, keinginan baru yang muncul adalah pengalaman. Wisatawan kemudian ingin menunjukkan statusnya dalam bentuk pemahaman terhadap suatu destinasi tidak saja dengan tujuan untuk membedakan dirinya dengan wisatawan lainnya, namun mereka juga ingin lebih memahami dan memaknai perjalanan wisatanya itu sendiri. Pada tahap selanjutnya, kebutuhan untuk mengetahui dan memahami saja dirasakan tidak cukup. Wisatawan menginginkan lebih dari itu, dan ini menghasilkan tuntutan baru untuk mendapatkan pengkayaan dari perjalanannya. Pengkayaan itu tidak hanya pada persoalan sekedar memahami nilai dan sejarah objek wisata yang ada, namun tuntutan baru adalah untuk lebih memahami faktor kehidupan manusia di destinasi yang dikunjunginya. Wisatawan kemudian menuntut untuk dapat menjadi bagian dari masyarakat lokal, mereka mempelajari adat istiadat, budaya, dan pengetahuan lokal masyarakat setempat. Wisatawan kemudian merasa perlu untuk menjadi konsumen sekaligus produsen, dan ini merupakan ciri pariwisata kreatif. Teori-teori di atas menunjukkan satu kesamaan bahwa tujuan berwisata itu sebenarnya adalah sebuah proses pengkayaan kehidupan manusia, sebuah proses pendewasaan yang tidak pernah akan ada habisnya. Hal yang sama lainnya adalah bahwa berwisata merupakan hakikat hidup dan menjadi hak serta kebutuhan dasar yang melekat dalam diri manusia, yang terbentuk ketika manusia menjadi sangat mandiri dan sadar akan kebutuhan intrinsiknya. Kalau berwisata adalah kebutuhan intrinsik manusia, lalpu apa yang memotivasi mereka untuk berwisata ? Pandangan pertama mengenai motivasi berwisata ialah sebuah keyakinan bahwa motivasi berwisata, sebagaimana kebutuhan dasar model Maslow, adalah bersifat berjenjang pula sebagaimana didukung oleh Richards. Bila Maslow melihat bahwa motivasi awal seseorang adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar memiliki kesehatan yang baik, memiliki rumah yang layak, dan sebagainya sampai dengan aktualisasi diri, maka Richards melihat bahwa motivasi utama berwisata adalah untuk memenuhi kebutuhan pariwisata diawali dengan keinginan untuk memiliki “sesuatu” sebagai status simbol, seperti memiliki mobil dan TV berwarna. Pada tingkatan lebih lanjut, pariwisata akan memerlukan kebutuhan menjadi “being” yang dalam konteks Maslow dapat disamakan dengan aktualisasi diri. Pada tahapan “being” ini pariwisata bercirikan melihat dan melakukan sesuatu kemudia mengarah pada bentuk berwisata dimana wisatawan akan menjadi konsumen sekaligus produsen. Mill memang tidak menjelaskan apakah ia setuju dengan konsep penjenjangan kebutuhan dasar Model Maslow, walaupun ia memakainya sebagai dasar pijakan untuk memberikan hubungan antara kebutuhan dasar, motivasi dengan kepustakaan pariwisata yang terkait. Namun, hal yang menarik dari teori yang dibangunnya ini adalah adanya keterkaitan antara kebutuhan dasar, motivasi dengan kepustakaan pariwisata, dan ini akan sangat berguna bagi pengembangan suatu produk lain yang menarik dari pendapat Mill ini adalah bahwa ia menambahkan satu komponen pengamatan pada kebutuhan dasar manusia yang sudah ditulis oleh Maslow. Di samping unsur fisikal fisiologis, dan unsur psikologikal keselamatan, memiliki penghargaan, dan akualisasi diri sebagaimana disampaikan oleh Maslow, Mill juga menambahkan unsur intelektual mengerti serta memahami, dan estetika yang akan menampung tema-tema wisata secara khusus seperti wisata budaya, dan wisata kreatif. Sebagai catatan, tabel di atas juga tidak seharusnya dibaca secara apa adanya karena satu produk pariwisata dapat secara bersamaan memenuhi labih dari satu jenis kebutuhan dasar manusia. Misalnya, produk wisata alam akan mampu menjawab beberapa kebutuhan dasar sekaligus seperti fisiologis, keamanan, dan aktualisasi diri. Teori lain menjelaskan bahwa motivasi berwisata bersifat sangat alamiah dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Motivasi berwisata tidak harus tersusun secara sistematis dan berjenjang. Gray, misalnya menyebutkan bahwa motivasi berwisata yang pertama adalah pergi ke tempat yang belum pernah dikunjungi wanderlust. Suatu keinginan yang kuat untuk melakukan perjalanan atau eksplorasi ke “dunia baru” untuk mendapatkan pengalaman pertama melihat budaya dan tempat yang baru. Motivasi yang kedua adalah pergi ke tempat-tempat yang menawarkan sesuatu yang unik, spesifik, yang tidak didapatkan di tempatnya berada sunlust. Suatu keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang berbeda dan lebih baik, atau untuk kebutuhan khusus hal-hal yang spesifik yang tidak dapat ditemui ditempatnya lokal. Berbagai bahasan di atas, menunjukkan masih sangat berpihaknya pandangan terhadap kebutuhan wisatawan. Motivasi hanya sering dilihat dari sisi wisatawannya dan bukan dari sisi tuan rumah. Kebijakan yang ada bahkan sering tidak menyentuh hal-hal terkait dengan kenyamanan penduduk lokal. Destinasi disiapkan dalam rangka memenuhi kebutuhan wisatawan yang terus berproses, dan komunitas hanya perlu mempersiapkan diri atas kebutuhan wisatawan, termasuk menyesuaikan diri dengan proses untuk selalu menghadirkan wisatawan. Pembangunan kemudian hanya bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dari pariwisata dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Pandangan ini menyebabkan komunitas menjadi sangat tergantung pada hadirnya wisatawan dan mereka tidak akan pernah mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri seperti pernyataan Howard Thurman bahwa “Community cannot for long feed on itself; it can only flourish with the coming of others from beyond, their unknown and undiscovered brothers”. Bila ini yang terjadi, komunitas yang terbentuk akan menjadi komunitas yang tidak mandiri dan tidak kreatif. Mereka akan menjadi komunitas yang ringkih dan selalu tergantung pada kehadiran wisatawan, padahal wisatawan itu sendiri bersifat sangat labil dalam memilih tujuan kunjungan. Wisatawan bisa tidak datang lagi ke suatu destinasi karena beberapa hal. Karena mereka sudah terlalu sering ke sana, produk yang dihasilkan oleh destinasi yang bersangkutan tetap dan membosankan karena ada tawaran dari destinasi lain yang lebih menarik, atau karena hal lain seperti terjadinya bencana alam dan rentannya keamanan di destinasi yang biasa dikunjunginya. Bila ini terjadi, masyarakat lokal akan benar-benar menerima bencana besar dalam kehidupannya. Pandangan dari sisi wisatawan saja akan menyebabkan berbagai persoalan. Pertama, akan terjadi diskriminasi pada perlakuan terhadap penggunaan jas dan fasilitas publik. Jasa publik seharusnya dapat diberikan kepada siapa saja dengan tidak membedakan statusnya. Artinya, ketika penduduk lokal menggunakan sarana transportasi lokal atau hotel, maka ia harus mendapatkan perlakuan yang sama dengan wisatawan, bukan sebaliknya. Kedua, pembangunan pariwisata di destinasi akan menafikan tujuan untuk memberdayakan masyarakat. Pembangunan pariwisata yang hanya bertujuan untuk mendorong tumbuhnya industri sering mengabaikan kesempatan masyarakat lokal untuk terlibat di dalamnya. Standar-standar yang dibangun dalam industri pariwisata sering tidak diimbangi dengan kemauan untuk memberdayakan masyarakat itu sendiri, sehingga masyarakat tidak memiliki tempat dan kesempatan untuk terlibat dalam bisnis pariwisata ini. Ketiga, akan terjadi ekslusivitas spasial. Rencana tata ruang yang mengarahkan penggunaan ruang sebagai kawasan pariwisata dan non pariwisata sering menyebabkan terjadinya pemisahan sosial. Resort sering menjadi daerah yang sangat ekslusif dengan fasilitas yang berlimpah, termasuk ketersediaan air bersih, listrik dan sebagainya, namun di luar wilayah itu masih dimungkinkan terdapat bentuk kehidupan masyarakat yang berkekurangan. Pertanyaannya, mengapa justru tidak dikembangkan pandangan-pandangan lain dari sisi tuan rumahnya ? menyangkut motivasi tuan rumahnya ? pandangan terhadap kepentingan masyarakat di destinasi yang bersangkutan menjadi sangat penting karena bukanlah tujuan akhir pembangunan pariwisata justru untuk kesejahteraan masyarakat ? dan bukankah masyarakat juga memiliki keinginan dan kebutuhan yang sama dengan wisatawan dan kehidupannya ? bukankah masyarakat juga memerlukan dan memiliki hak untuk dapat dihargai sebagai salah satu kebutuhan hidupnya ? mengapa pula tidak dikembangkan pemikiran bahwa masyarakat yang mempengaruhi wisatawan dan bukan hanya sebaliknya ? atau agar mereka dapat saling mempengaruhi dalam bentuk simbiosis mutualisme yang lebih adil ? Sayangnya, berbeda dengan tulisan mengenai motivasi wisatawan, tulisan mengenai motivasi masyarakat dalam menerima kunjungan wisatawan masih sangat erbatas, kalau tidak mau disebutkan belum ada, karena sulitnya mencari referensi mengenai ini. Studi yang banyak ditemui adalah lebih pada dampak kunjungan wisatawan terhadap masyarakat lokal, baik dampak sosial maupun ekonomi, termasuk perubahan perilaku masyarakat lokal sebagai akibat kunjungan wisatawan. Perubahan perilaku kelompok masyarakat seharusnya menjadi bagian penting pula dalam upaya pengembangan pariwisata.
DocUsaha Perjalanan Wisata Hardila Sevi - Academiaedu . Motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan biasanya di latar belakangi oleh : Jelaskan pengertian motivasi perjalanan wisata. √ apa itu pariwisata : Jelaskan pengertian dari motivasi tujuan perjalanan 2. Tujuan dari wisata pendidikan merupakan sebagai sarana penunjang pelajaran
Motivasi Perjalanan WisataFigures - uploaded by I Gusti Bagus Rai UtamaAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by I Gusti Bagus Rai UtamaContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan Referensi Utama Utama, I Gusti Bagus Rai. 2015. Pengantar Industri Pariwisata. Penerbit Deepublish Yogyakarta CV. BUDI UTAMA. Url Wisatawan adalah orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungannya itu. Spillane, 1993. Tipologi wisatawan merupakan aspek sosiologis wisatawan yang menjadi bahasan yang penting karena pada penelitian ini akan meneliti persepsi wisatawan terhadap suatu objek wisata 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan Allocentris, yaitu wisatawan hanya ingin mengunjungi tempat-tempat yang belum diketahui, bersifat petualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat lokal. Psycocentris, yaitu wisatawan yang hanya ingin mengunjungi daerah tujuan wisata sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang sama dengan di negaranya. Mid-Centris, yaitu terletak diantara tipologi Allocentris dan Psycocentris9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan Attraction daya tarik; daerah tujuan wisata selanjutnya disebut DTW untuk menarik wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya. Accesable transportasi; accesable dimaksudkan agar wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata Amenitiesfasilitas; amenitiesmemang menjadi salah satu syarat daerah tujuan wisata agar wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di DTW. Ancillary kelembagaan; adanya lembaga pariwisata wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari DTW apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, protection of tourism dan terlindungi. 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan Selanjutnya Smith, 1988 dalam Pitana, 2005 mengklasifikasikan berbagai barang dan jasa yang harus disediakan oleh DTW menjadi enam kelompok besar, yaitu 1Transportation, 2Travel services, 3Accommodation, 4Food services, 5Activities and attractions recreation culture/entertainment, dan 6 Retail goods.Inti dari kedua pernyataan di atas adalah, aspek penawaran harus dapat menjelaskan apa yang akan ditawarkan, atraksinya apa saja, jenis transportasi yang dapat digunakan apa saja, fasilitas apa saja yang tersedia di DTW, siapa saja yang bisa dihubungi sebagai perantara pembelian paket wisata yang kan dibeli. 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan Harga; harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga permintaan wisatapun akan berkurang begitu pula sebaliknya. Pendapatan; apabila pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi calon wisatawan membuat sebuah usaha pada Daerah Tujuan Wisata jika dianggap menguntungkan. 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan Sosial Budaya; dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya wisatawan. Sospol Sosial Politik; dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah Tujuan Wisata dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka sospol akan sangat terasa dampak dan pengaruhnya dalam terjadinya permintaan. 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan Intensitas keluarga; banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri. 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan Harga barang substitusi; disamping kelima aspek di atas, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikan cadangan dalam berwisata seperti Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat Daerah Tujuan Wisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia dan Singapura. 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan Harga barang komplementer; merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai objek wisata yang saling melengkapi dengan objek wisata lainnya. 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan jumlah penduduk population size, kemampuan finansial masyarakat financial means,waktu senggang yang dimiliki leisure time,sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang ada. 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan Motivasi dipandang sebagai bagian dari sisi kebutuhan dan keinginan psikologis maupun biologis, yang meliputi bagian yang tidak dapat dipisahkan yang dapat mendorong dan menarik seseorang untuk berbuat atau melakukan aktivitas tertentu Motivasi pendorong berhubungan dengan dorongan, perasaan, dan insting yang berasal dari dalam diri seseorang. Motivasi penarik melibatkan representasi mental seperti pengetahuan atau keyakinan. 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan  1 Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya. 2 Cultural motivation yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. 3Social or interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi prestice, melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang membosankan dan seterusnya. 4 Fantasy motivation yaitu adanya motivasi di daerah lain sesorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan dan yang memberikan kepuasan psikologis 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan Faktor Pendorong push factors Faktor Penarik pull factors Rest and relaxation Beristirahat dan relaksasi Safety of the destination Jaminan keselamatan pada destinasi Visit to new places mengunjungi tempat-tempat baru Location of accommodation Lokasi akomodasi Learn and experience new things Belajar dan mengalami hal-hal baru Natural attractions Daya tarik alamiah Get away from stress Menjauhkan diri dari stress Price of inclusive packages/hotels Harga paket yang inklusif/hotel Escape from day-by-day activities Melarikan diri dari kegiatan sehari-hari Variety of suitability of food and beverage Berbagai makanan dan minuman yang sesuai Meet people and socialization Menemui orang-orang dan bersosialisasi Historical attractions Daya tarik sejarah Improve health and well-being Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan Cultural attractions Daya tarik budaya 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan Take challenge/experience and adventure Mencoba tantangan/ pengalaman dan petualangan Local transportation Transportasi lokal Seek intellectual enrichment Memperkaya intelektualitas Convenient immigration and customs procedure Kenyamanan urusan imigrasi dan prosedur beacukai Exercise physically Melatih fisik Availability of medical facilities Ketersediaan fasilitas medis Visit family and friends Mengunjungi keluarga dan teman-teman Infrastructure Infrastrukutur Destinasi Service quality of travel agents Kualitas layanan agen perjalanan Service quality of tour leaders and tour guide Kualitas pelayanan tour leader dan pemandu wisata Hotel accessibility and disability features Aksesibilitas hotel dan fasilitas untuk penyandang cacat/senior Special events and festivals Acara khusus dan festival Leisure activities Aktivitas wisata, rekreasi, dan hiburan Definisi citra destinasi destination image sudah tidak asing lagi dalam dunia pariwisata karena pada hakekatnya citralah yang sebenarnya yang menggerakkan dan mendorong wisatawan menentukan pilihan destinasi wisatanya. 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan Pandangan tentang Citra Destinasi Lawson dan Bond-Bovy 1977 Sebuah ekspresi tentang sebuah pengetahuan, keyakinan diri, prasangka, hayalan dan pikiran emosional seorang individu tentang objek atau tempat tertentu. Konsep sebagai sebuah gambaran yang menerangkan kualitas atau kesan gabungan yang tertanam pada benak seseorang. Sebuah konstruksi mental yang terbangun pada seorang konsumen sebagai sebuah kesan dalam diri seseorang, yang muncul sebagai sebuah proses kreasi. Embacher dan Buttler 1989 Gabungan dari ide-ide atau konsep-konsep yang dimiliki secara individual maupun kolektif yang merupakan hasil dari sebuah pengamatan yang terdiri dari dua komponen yakni kognitif dan evaluatif. Fakeye dan Crompton 1991 Konstruksi mental yang dikembangkan oleh seorang wisatawan berdasarkan apa yang dapat mereka lihat dan rasakan. Keyakninan, ide, dan kesan seseorang tentang sebuah tempat. Kesan seseorang yang terdiri dari komponen kognitif, afektif, dan konatif. Sebuah representasi mental seseorang tentang beberapa atribut dan keuntungan yang didapatkan pada sebuah produk. Prasangka positif atau negatif yang dimiliki oleh seorang pelanggan atau penyalur tentang sebuah produk atau destinasi. 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan Natural Resources dimanefestasikan dalam bentuk Iklim suhu dan kelembaban udara, pantai pasir, air laut, ombak, alam perdesaan flora dan fauna, taman, danau, gunung. Natural Environment dimanefestasikan dalam bentuk Pemandangan alam, daya tarik, kebersihan, polusi, kemacetan, kebisingan Culture, History, and Art dimanefestasikan dalam bentuk Festival, kerajinan, agama, adat istiadat, bangunan bersejarah Tourist Infrastructure dimanefestasikan dalam bentuk Hotel, restoran, pusat hiburan dan rekreasi Atmosphere of The Place dimanefestasikan dalam bentuk Kenyamanan, kesejukan, kehangatan, reputasi destinasi Tourist Leisure and Recreation dimanefestasikan dalam bentuk Kesempatan melakukan aktivitas wisata seperti memancing, berburu, surfing, diving, trekking, hiburan malam, dan sebagainya. General Infrastructure dimanefestasikan dalam bentuk Jalan raya, bandara, transportasi umum, rumah sakit, drainase, fasilitas komunikasi Social Environment dimanefestasikan dalam bentuk Kualitas hidup, kemiskinan, bahasa, keramahtamahan penduduk. Political And Economic Factors dimanefestasikan dalam bentuk Stabilitas politik, keamanan, terorisme, harga-harga Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mendorong wisatawan berwisata! Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang menarik wisatawan berwisata! Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor membentuk citra destinasi wisata! 9/6/2016 Universitas Dhyana Pura Teladan dan Unggulan ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Perjalananwisata yang timbul karenanya pada umumnya disebut wisata konvensi. 7. Motif Spiritual, merupakan salah satu tipe wisata yang tertua. Sebelum orang mengadakan perjalanan atau rekreasi, bisnis,olahraga, dan sebagainya, orang sudah mengadakann perjalanan untuk berziarah pariwisata ziarah atau untuk melakuakan keperluan keagamaan.
JAKARTA, - Penelitian terbaru yang dilakukan situs pemesanan akomodasi menemukan keterkaitan antara wisata dan status kewarganegaraan. Ternyata kewarganegaraan memengaruhi gaya berwisata seseorang.“Bagi sebagian besar traveler, motivasi utama traveling adalah untuk bersantai. Jadi, tidak mengejutkan jika 90 persen traveler warga Indonesia menyatakan bahwa meluangkan waktu untuk bersantai adalah motivasi penting untuk traveling,” dikutip dari siaran pers yang diterima KompasTravel, Rabu 30/1/2019. Selain meluangkan waktu untuk bersantai, motivasi wisata lain orang Indonesia adalah menghabiskan waktu bersama keluarga, menemukan sensasi dan pengalaman yang tidak bisa dimiliki di rumah, serta yang unik adalah untuk pergi ke tempat yang belum pernah dikunjungi juga Tahun Ini Biaya Traveling Diprediksi Lebih MahalMotivasi berwisata untuk pembuktian status sosial ini ditemukan di 75 persen wisatawan Indonesia, 75 persen wisatawan India, dan 80 persen wisatawan Filipina. Selanjutnya saat menentukan destinasi wisata, orang Indonesia cenderung mempertimbangkan lima hal yaitu kebersihan, keindahan alam yang luar biasa, keamanan pribadi, kuliner setempat yang lezat, dan orang-orang lokal yang menarik dan ramah. Terakhir ada 10 destinasi favorit orang Indonesia untuk berwisata. Dimulai dari dalam negeri yakni di Indonesia sendiri, kemudian ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, dilanjutkan ke negara lain seperti Makau, Hongkong, Jepang, China, Maladewa, Nepal, dan Myanmar. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Pariwisatamerupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh sementara waktu dari tempat tinggal awal ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang maupun libur dan dan bisa saja menghabiskan uang yang terlalu banyak. 4). Menurut Kodhyat (1998)
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Halo semuanya perkenalkan nama saya Rafi Abdul Fajar salah satu mahasiswa dari Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti angkatan 2021 jurusan hospitality and tourism management. Kali ini saya membuat artikel yang berjudul "MOTIVASI WISATAWAN"Motivasi sering diartikan sebagai “the process used to allocate energy to maximize the satisfaction”, atau sebuah energi yang mendorong seseorang untuk mencapai kepuasannya. Dan secara lebih spesifik, motivasi berwisata didefinisikan sebagai “the global integrating network of biological and cultural forces which gives value and dirrection to travel choices, behaviour and sxperiences”. Ada dua hal utama yang dapat kita pahami dari pengertian-pengertian di atas. Pertama, motivasi timbul sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keinginan seseorang, dan kedua, motivasi akan menyebabkan terjadinya sebuah perjalanan wisata ketika seseorang menemukan menentukan tujuan ke mana ia harus memenuhi kebutuhan dan keinginannya tersebut. Dalam perencanaan pariwisata, pemahaman atas motivasi menjadi sangat penting karena ia merupakan faktor pendorong push factor untuk terjadinya sebuah perjalanan. Ia merupakan sebuah dorongan bagi seseorang untuk mencari objek-objek yang diminatinya, yang berbeda dengan lingkungan kehidupan dan lingkungan kerja sehari-harinya. Agar terwujud sebuah perjalanan, maka diperlukan fakor lain yang disebut sebagai faktor penarik full factor, yang merupakan rangsangan yang menyebabkan wisatawan tertarik untuk hadir, misalnya promosi sebuah destinasi. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
3 Paket wisata yaitu perjalanan yang dilaksanakan lebih dari 24 jam sehingga peserta perjalanan memerlukan jasa akomodasi. Perjalanan wisata yang dilakukan oleh wisatawan di pengaruhi oleh motivasi, profil wisatawan dan kebutuhan wisatawan akan perjalanan wisata. Motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan biasanya di latar belakangi oleh : 1. Related PapersABSTRACK This article tries to realize a solution how to make use of geology for eco-tourism and economic activities at the site management level. The paradigm in the management of geowisata is how the management of tourism is able to optimize the potential of nature geology to be added value for the economic welfare of local communities, as well as able to minimize the potential of natural damage. Therefore, this article attempts to recommend a geotourism management model. The management of geo-tourism is in five main focuses, including formulating the natural potential that can be used for geotourism activities, formulating criteria of geo-tourism destinations, geo-tourism management, formulating activities in geo-tourism activities, and finally on indicators of success or from geo-tourism output. ABSTRAK Artikel ini mencoba mewujudkan sebuah solusi bagaimana memanfaatkan kekayaan geologi beserta berbagai dinamikanya untuk kegiatan wisata dan ekonomi yang berwawasan lingkungan pada tingkatan manajemen tapak. Paradigma dalam pengelolaan geowisata adalah bagaimana pengelolaan pariwisata mampu mengoptimalkan potensi alam geologi menjadi bernilai tambah bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal, sekaligus mampu menekan seminimal mungkin potensi kerusakan alam. Oleh karena itu, artikel ini mencoba merekomendasikan model pengelolaan geowisata. Pengeloaan geowisata berada dalam lima fokus utama, yaitu merumuskan potensi alam yang dapat digunakan untuk kegiatan geowisata, merumuskan kriteria-kriteria destinasi geowisata, manajemen geowisata, merumuskan aktifitas dalam kegiatan geowisata, dan terakhir mengenai indikator keberhasilan atau dari output geowisata. Kata kunci Geowisata, pariwisata alam, geologi pariwisataPariwisata merupakan indutri yang berkembang sangat dinamis di Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata perlu diiringi dengan perkembangan ilmu dan hasil riset yang up to date. Jurnal Media Wisata selalu berupaya menghadirkan informasi-informasi baru berupa hasil riset para pakar bidang kepariwisataan. Pada edisi 16 kali ini, Jurnal Media Wisata menyajikan 10 artikel baru. Pertama artikel yang membahas tentang pergeseran strategi promosi dari media offline ke media online terbukti berdampak pada peningkatan jumlah pengunjung desa wisata. Artikel kedua tentang pengaruh daya tarik wisata alam terhadap kepuasan wisatwan. Artikel ketiga tersaji dalam bahasa inggri dengan judul “The pedicab is an icon of Yogyakarta, especially in Malioboro.” Artikel keempat membahas tentang birdwatching sebagai salah satu daya tarik wisata. Artikel kelima membahas tentang kurangnya sosialisasi dan komunikasi kepada masyarakat mengenai tujuan jangka panjang pengembangan wisata sebagai faktor dominan rendahnya partisipasi masyarakat. Artikel ke enam mengenai pengaruh substitusi tepung kedelai terhadap kualitas biskuit. Artikel ke tujuh mengenai pengaruh tampilan dan konten terhadap efektivitas promosi melalui website. Artikel ke delapan membahas mengenai penerapan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP pada pengolahan makanan. Artikel sembilan tentang makna simbolik tokoh wayang semar dalam kepemimpinan jawa. Terakhir, artikel ke sepuluh membahas tentang potensi batik sebagai daya tarik desa wisata Redaksi Hary HermawanPerkembangan teknologi menyebabkan perkembangan pola pikir masyarakat, termasuk dalam hal berwisata. Teknologi yang maju dapat mempengaruhi preferensi wisatawan dalam memilih berbagai hal. Oleh karena itu diperlukan penelitian berkenlanjutan untuk mengetahui tren preferensi wisatawan yang terbaru. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik dan preferensi wisatawan yang mengunjungi destinasi prioritas Labuan Bajo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data primer yang digunakan didapat dari survei terhadap wisatawan menggunakan kuesioner serta dengan melakukan observasi lapangan. Jumlah responden sebanyak 240 orang, 175 wisatawan mancanegara dan 65 wisatawan nusantara, serta menggunakan pesawat terbang saat meninggalkan Labuan Bajo. Data yang didapat dianalisis dengan analisis tabulasi silang dengan alat analisis software SPSS 23. Hasil penelitian menunjukkan bahwa atraksi serta aktivitas wisata favorit responden wisatawan mancanegara dan nusantara tidak didominasi Pulau Komodo dan melihat Komodo, melainkan didominasi kelompok Pulau Padar, dan spot diving di Laut Taman Nasional Komodo dengan aktivitas wisata favorit diving/snorkeling dan hiking/trekking. Kata kunci Karakteristik Wisatawan, Preferensi Wisatawan, Tabulasi Silang, Labuan BajoAbstract Sawarna Beach is located in Bayah District, Lebak Regency, Banten Province, 50 Kms to the west of Pelabuhan Ratu Harbour. This tourist destination is one of a model for community-based tourism at small village. Local community ran tourism business since 2007 and supported by beauty natural tourist attraction for surfer, hospitality of local services and nice tourist facilities. Numbers of visitors increses year by year. This research purposes to find out the model of community-based tourism and how they manage information as a part of participation. The research use descriptive quantitative and explorative methode. The use field observation, interviews and questionnaire to have the data. The result of the research of this local participation in tourism is 3,98. This means the degree of local community in participating in tourism is agree. Keywords community-based tourism, local participation, tourism services, beach resortAbstrack The research is aimed to study more about the extent to which locality-based safety design can increase the satisfaction of tourists to the tourist attraction in Ancient Volcano Nglanggeran Tourism Village, Pathuk Sub-District, Gunungkidul Regency, Yogyakarta Special Region. Quantitative research methods using linear regression analysis were chosen to analyze the role of locality-based safety design allegedly to moderate the influence of tourist attraction on the satisfaction of tourists. The results showed that safety design based on locality proved unable to moderate the performance of tourist attraction in influencing the satisfaction of tourists. The recommendation of the research result is the implementation of safety with the design that has been proven effective in ensuring the safety of ini bertujuan untuk menganalisis estimasi nilai Willingness To Pay WTP pengunjung untuk menentukan potensi harga maksimum yang bersedia dibayarkan untuk paket wisata yang ditawarkan di Umbul Ponggok, serta besarnya nilai WTP yang dibayarkan pengunjung. Penelitian ini menggunakan 100 responden pengunjung Umbul Ponggok. Penelitian ini menggunakan dua model persamaan dimana model pertama menggunakan Kesediaan Membayar sebagai variabel dependennya dan model kedua menggunakan WTP sebagai variabel dependennya. Variabel independen model pertama dan kedua yaitu Lama Kunjungan, Jenis Kelamin, Biaya Perjalanan, Umur, Pendapatan, dan Kesediaan Membayar. Hasil observasi diuji dengan model regresi ordinary least square. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 64 responden dari 100 yang menyatakan bersedia membayar dengan nilai rata-rata WTP responden untuk paket wisata di Umbul Ponggok sebesar Rp Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap Kesediaan Membayar adalah Biaya Perjalanan dan Jenis Kelamin. Sedangkan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai WTP adalah Pendapatan dan Biaya Perjalanan. MenurutRichard Sihite, pengertian pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan dalam jangka waktu pendek atau sementara dengan tujuan selain mencari nafkah. Kata pariwisata yang berasal dari bahasa Sansekerta, terdiri dari 2 bagian yaitu "pari" dan "wisata". Materi Kepariwisataan BAB 2 Motivasi Tujuan Perjalanan, Karakteristik Wisatawan, Dan Pola Pengeluaran WisatawanBidang Keahlian PariwisataProgram Keahlian Perhotelan dan Jasa PariwisataKompetensi Keahlian Perhotelan Memahami motivasi tujuan perjalanan, karateristik wisatawan dan pola pengeluaran wisatawan berdasarkan usia, jenis kelamin dan status keluarga saat perjalanan wisata Mengklasifikasi motivasi tujuan perjalanan, karateristik wisatawan dan pola pengeluaran wisatawan berdasarkan usia, jenis kelamin dan status keluarga saat perjalanan wisata Tujuan PembelajaranMengidentifikasi motivasi tujuan perjalananA. Pengertian dan Macam-macam Motivasi Perjalanan WisataMotivasi perjalanan wisata adalah hal-hal atau faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Faktor pendorong yang menyebabkan orang ingin berwisata adalah sebagai Motivasi dasar, seperti rasa ingin tahu, rekreasi, pendidikan, dan Motivasi berlibur, seperti berjemur, berolahraga, dan mengetahui hal-hal Motivasi lain, seperti kebudayaan, kebutuhan fisik, dan mengenal bangsa motivasi tersebut, beberapa alasan melakukan wisata dari perspektif umum lainnya adalah sebagai Pengakuan sosial dan Relaksasi dan Menikmati fasilitas yang belum ada di kota/negara tempat Menikmati makanan khas/ Berbelanja sesuatu yang Menyatukan diri dengan keindahan Melakukan ziarah Mengagumi hasil dan teknik Menyaksikan pertunjukan budaya Melihat langsung dan merasakan kehidupan masyarakat dan Menyaksikan peninggalan sejarah dan benda-benda wisata yang dilakukan biasanya didasarkan atas motivasi yang bervariasi. Motivasi seseorang dan orang lainnya dalam melakukan perjalanan wisata belum tentu sama. Berikut ini adalah beberapa pakar/organisasi pariwisata, baik dalam negeri maupun luar negeri yang memberikan berbagai macam motivasi perjalanan Oka Addis Voetia. Alasan pendidikan dan kebudayaan• Ingin melihat cara kerja dan cara hidup the way of life rakyat dl negara lain.• Ingin melihat kemajuan-kemajuan yang telah dicapai negara lain.• Ingin menyaksikan tempat-tempat bersejarah, peninggalan-peninggalan kuno monumen-monumen, kesenian rakyat, Industri kerajinan, festival, events, keindahan alam, dan sebagainya.• Mendapatkan rasa saling pengertian dan ide-ide baru ataupun penemuan-penemuan dalam suatu festival kebudayaan dan Alasan santai, kesenangan, dan petualangan• Menghindarkan diri dari kesibukan sehari-sehari.• Melihat daerah-daerah baru, masyarakat asing, dan untuk mendapatkan pengalaman.• Mendapatkan atau menggunakan kesempatan yang ada untuk memperoleh kegembiraan.• Merasakan suasana yang romantis dan Alasan kesehatan, olahraga, dan rekreasi• Beristirahat dan mengembalikan kekuatan setelah bekerja keras dan menghilangkan ketegangan pikiran.• Melatih diri dan ikut dalam pertandingan olahraga tertentu, seperti Olimpiade, Asian Games, dan sebagainya.• Menyembuhkan diri dari suatu penyakit tertentu.• Melakukan rekreasi untuk menghabiskan masa liburan .d. Alasan keluarga, negeri asal, dan tempat bermukim• Mengunjungi tempat kita berasal atau dilahirkan.• Mengunjungi tempat kita pernah tinggal atau berdiam pada masa lalu.• Mengunjungi famili dan kawan-kawan.• Menghadiri pertemuan dengan keluarga atau kawankawan dalam rangka Alasan bisnis, sosial, politik, dan konferensi• Menyaksikan suatu pameran, kamar dagang, karya wisata, dan lain-lain atau meninjau suatu proyek dan lain-lain.• Menghadiri konferensi, seminar, simposium, dan pertemuan ilmiah lainnya.• Mengikuti perjanjian kerja sama, pertemuan politik, dan undangan negara lain yang berhubungan dengan kenegaraan.• Ikut dalam suatu kegiatan Alasan persaingan dan hadiah• Memperlihatkan kepada orang lain bahwa yang bersangkutan Juga mampu melakukan perjalanan jauh.• Memenuhi keinginan agar dapat bercerita tentang negara lain pada kesempatan-kesempatan tertentu.• Agar tidak dikatakan orang "ketingga~an zaman. .• Menghargai perjalanan wlsata sebagai hadiah pembenan orang lain.• Menghargai perJalanan wisata sebaga hadiah yang diperoleh karena memenangkan John K. Thomasa. Melihat cara hidup, bekerja, dan bermain penduduk di negara lain to seehow people in other countfleS live, work, and play.b. Melihat pemandangan-pemandangan istimewa to seeparricular sights.c. Memperoleh pengertian/pengetahuan yang lebih baik mengenai sesuatu yang diberitakan cHmedia massa/berita to gain a better understanding/knowledge of what goes on In the news.d. Menghadiri perayaan-perayaan khusus to attend special events.e. Menjauhkan diri dari kegiatan rutin sehari-hari to get away from the everyday routine.f. Memperoleh waktu istirahat yang cukup to obtain a sufficient time to rest.g. Mencapai pengalaman romantis to achieve some sort of romantic experience.h. Mengunjungi tempat asal-usul keluarga to visit a family origins.i. Mengunjungi tempat tinggal keluarqa atau ternan to visit a place where family and friends live.j. lklim, misalnya menghindari musim dingin atau muslm panas weather, for instance, to avoid winter or summer.k. Kesehatan health.I. Olahraga sport.m. Ekonomi economy.n. Petualangan adventure.o. Gengsi/prestise one-up manship.p. Mengikuti arus atau mode conformity q. Mengikuti sejarah to participate in history.r. Motif soslologis sosiological motives.3. Chris Ryana. Kebutuhan fisik/jasmani physiological needs.b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan security and safety needs.c. Kebutuhan kelangsungan hidup survival needs.d. Kebutuhan pembentukan dlri self actualization needs.e. Kebutuhan rnengembangkan kemampuan diri the need to develop one's own potential.f. Kebutuhan untuk menikmati keindahan the need for aesthetic stimulation.g. Kebutuhan menciptakan karakter atau kepribadian sendiri the need to create a character or personality of its own. h. Kebutuhan untuk menukar dan membedakan pandangan baru dan pengalaman baru the need for exchange, distinguish new outlook and new experience.4. Mcintosha. Motivasi fisik physical motivations, yakni motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan fisik, seperti olahraga, santai, kesehatan, istirahat, dan Motivasi budaya cultural motivations, yakni motivasi yang berhubungan dengan keinginan untuk mengetahui daerah atau negara lain, penduduknya, tata cara hidupnya, bangunannya, musik dan tariannya, dan Motivasi interpersonal interpersonal motivations, yakni motivasi yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan sanak keluarga, teman, atau tetangga, berkenalan dan berjumpa dengan orang-orang tertentu, atau sekadar melihat tokoh-tokoh terkenal, penyanyi, bintang film, dan Motivasi status dan prestise status and prestige motivations, yakni motivasi yang berhubungan dengan keinginan untuk meningkatkan gengsi dan derajat hidup di mata orang lain dengan melakukan suatu perjalanan yang tidak semua orang dapat PATA Pacific Association of Travel Agenta. Keramahtamahan penduduk warm and friendly people.b. Penginapan yang menyenangkan comfortable accomodation.c. Keindahan pemandangan alam beautiful natural scenery.d. Harga yang memuaskan reasonable prices.e. Adat istiadat dan pandangan hidup yang menarik an attractive custome and way of life.f. Cuaca yang baik good climate.g. Keindahan kreasi manusia beautiful creation of man.h. Makanan yang menarik outstanding food . yang baik/menarik good shopping.j. Linqkunqan yang asing/aneh exotic environmentk. Ikatan sejarah atau keluarga historical or family tiesl. Aktivitas kreasi yang luar biasa exceptional recreational activitiesUntuk mendapatkan Materi kepariwisataan Bab 2 Motivasi Tujuan Perjalanan, Karakteristik Wisatawan, Dan Pola Pengeluaran Wisatawan bagian A Pengertian dan Macam-Macam Motivasi Perjalanan Wisata silahkan unduh filenya di bawah iniJika para rekan guru berminat untuk mendapatkan perangkat pembelajaran lengkap mata pelajaran Kepariwisataan Kelas X SMK Bidang Keahlian Pariwisata Program Keahlian Perhotelan dan Jasa Pariwisata Kompetensi Keahlian Perhotelan silahkan klik DISINI.
TujuanPembelajaran. Mengidentifikasi motivasi tujuan perjalanan. A. Pengertian dan Macam-macam Motivasi Perjalanan Wisata. Motivasi perjalanan wisata adalah hal-hal atau faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Faktor pendorong yang menyebabkan orang ingin berwisata adalah sebagai berikut.
Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal. Dari berbagai motivasi yang mendorong perjalanan, McIntosh 1977 dan Murphy 1985 mengatakan bahwa motivasi dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu sebagai berikut 1. Physical or physiological motivation motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, bersantai dan sebagainya. 2. Cultural motivation motivasi budaya, yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya banggunan bersejarah. 3. Social motivation atau interpersonal motivation motivasi yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal yang dianggap mendatangkan gengsi nilai prestise, melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan dan sebagainya. 4. Fantasy motivation motivasi karena fantasi, yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang kan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-enhancement yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and prestige motivation. Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan itu sendiri dan faktor eksternal. Secara intrinsik, motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan dan/atau keinginan manusia itu sendiri, sesuai dengan teori hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan tersebut dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan prestise dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang terbentuknya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti norma sosial, pengaruh atau tekanan keluarga dan situasi kerja yang terinternalisasi dan kemudian berkembang menjadi kebutuhan psikologis. Motivasi wisatawan untuk melepaskn diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutinuntuk mengembalikan harmoni di masyarakat, sehingga pariwisata dapat dipandang sebagai salah satu bentuk terapi sosial. Motivasi merupakan faktor penting bagi calan wisatawan di dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Calon wisatawan akan mempersepsi daerah tujuan wisata yang memungkinkan, di mana persepsi ini dihasilkan oleh preferensi individual, pengalaman sebelumnya dan informasi yang didapatkannya. Apapun motivasi seseorang melakukan perjalanan wisata, maka bagi seorang wisatawan perjalanan tersebut akan mempunyai beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut a. Perjalanan wisata merupakan wahana penyegaran dan regenerasi fisik dan mental. wisata merupakan kompensasi terhadap berbagai hal yang melelahkan, sekaligus juga sebagai wahana integrasi sosial bagi mereka yang di rumahnya merasa teralienasi. c. Perjalanan wisata merupakan pelarian dari situasi keseharian yang penuh ketegangan, rutinitas yang menjemukan, atau kejenuhan-kejenuhan karena beban kerja. d. Perjalanan wisata merupakan mekanisme bagi seseorang untuk dapat mengeluarkan perasaannya, melalui komunikasi dengan orang lain termasuk dengan masyarakat lokal. e. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mengembangkan wawasan. f. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mendapatkan kebebasan. g. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk realisasi diri. h. Perjalanan wisata memang merupakan sesuatu yang menyenagkan, membuat hidup lebih bahagia. Sumber
yUmg.
  • 04laen8vgf.pages.dev/323
  • 04laen8vgf.pages.dev/26
  • 04laen8vgf.pages.dev/35
  • 04laen8vgf.pages.dev/181
  • 04laen8vgf.pages.dev/7
  • 04laen8vgf.pages.dev/161
  • 04laen8vgf.pages.dev/72
  • 04laen8vgf.pages.dev/27
  • 04laen8vgf.pages.dev/302
  • jelaskan pengertian motivasi perjalanan wisata